Friday, May 16, 2008

UPAYA MENCAPAI PERBAIKAN MELALUI PERUBAHAN

PENTINGNYA PERUBAHAN YANG MEMBUAHKAN PERBAIKAN!

Kenyataan menunjukkan bahwa perbaikan itu memang memerlukan perubahan, akan tetapi banyak perubahan yang tidak membuahkan perbaikan! Sayang bukan!

Kalau kita, baik sebagai individu, maupun kelompok individu dan juga kalau organisasi seperti negara/pemerintah, organisasi bisnis dan non bisnis selalu melalukan perbaikan dalam segala bidang secara terus menerus maka kehidupan akan selalu menjadi lebih baik, artinya kehidupan sekarang lebih baik dari sebelumnya, dan kehidupan yang akan datang lebih baik dari sekarang! Keadaan semacam ini yang selalu didambakan oleh sebagian besar orang atau bahkan oleh semua orang!

Sayang sekali bahwa tidak semua perubahan yang terjadi di negara Indonesia yang tercinta ini membuahkan perbaikan; kalau kita perhatikan lebih banyak yang “tidak” daripada yang “ya”.

BEBERAPA CONTOH PERUBAHAN YANG TERJADI

Perhatikan contoh-contoh berikut ini:

Orde baru berubah menjadi orde reformasi, apakah kehidupan rakyat menjadi lebih baik, dalam arti :

apakah pendapatan perkapita semakin naik?;

apakah jumlah orang miskin semakin berkurang?;

apakah defisit negara mengecil?;

apakah pendidikan semakin bermutu?;

apakah defisit perdagangan semakin mengecil?;

apakah transportasi semakin lancar?;

apakah pelayanan terhadap masyarakat semakin baik?;

apakah mengurus izin semakin cepat?;

apakah penyelesaian perkara oleh penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) semakin cepat, tidak berlarut-larut?;

apakah jumlah pengangguran semakin berkurang?;

apakah investor asing semakin banyak yang masuk?;

apakah keadaan akan lebih aman?:

apakah hukum lebih pasti?;

apakah makin banyak koruptor yang diadili dan dihukum?

Apakah perusahan penerbangan milik pemerintah setelah merubah “logonya” menjadi lebih baik, dalam arti labanya meningkat atau paling tidak kerugiannya semakin berkurang; persentase penumpang yang tidak puas semakin menurun; penundaan (delayed) penerbangan semakin berkurang; sering lebih tepat waktu keberangkatan dan kedatangannya; daya saingnya menjadi lebih tinggi?

Apakah bank milik pemerintah setelah mengganti logonya, menjadi lebih baik dari sebelumnya, dalam arti labanya meningkat; nasabah yang tidak puas semakin berkurang; bunga tabungannya menjadi lebih tinggi sedangkan bunga pinjaman kredit semakin mengecil/menurun; pencairan kredit yang disetujui semakin cepat; antrian untuk menerima pelayanan semakin pendek; daya saingnya lebih tinggi?

Apakah bank milik pemerintah yang sudah “merger” menjadi lebih baik? Lebih mampu menyalurkan kredit ke sektor riil? Mampu menurunkan tingkat bunga pinjaman kredit? Mampu menghimpun dana dengan menawarkan bunga yang tinggi?

Apakah rumah sakit milik pemerintah setelah orde baru diganti dengan orde reformasi menjadi lebih baik dalam arti semakin semakin banyak rakyat miskin yang bisa dilayani? Dokter dan perawat lebih ramah dalam melayani pasien? Banyak pasien yang lebih puas terhadap mutu pelayanan daripada yang kecewa?

Setelah memperoleh otonomi daerah apakah propinsi dan kabupaten bisa lebih maju?

Kesejahteraan penduduknya meningkat?

Mutu pendidikan di daerah semakin bagus?

Pengangguran berkurang?

Pelaksanaan PILKADA lebih tertib?

Transportasi semakin lancar?

Jumlah orang miskin semakin berkurang?

Pejabat yang melakukan korpusi semakin berkurang?

Apakah keadaan semakin aman?

Sebetulnya masih banyak contoh-contoh yang bisa dipaparkan disini, akan tetapi rupanya tidak perlu. Yang penting para pimpinan yang bertanggung jawab untuk mensejahterakan rakyat mengetahui bahwa masih banyak hal-hal yang perlu diperbaiki melalui perubahan-perubahn yang efektif!

MENGAPA PERUBAHAN SERING TIDAK MENGHASILKAN PERBAIKAN YANG DIINGINKAN?

Sesuatu yang terjadi bisa menyenangkan tetapi bisa juga tidak menyenangkan! Kalau memang sudah menyenangkan kita tidak perlu melakukan perubahan! Bagi pimpinan suatu perusahaan, kalau penjualan meningkat dan laba juga meningkat sesuai dengan harapan/keinginannya, tak perlu melakukan perubahan; akan tetapi kalau menurun, kemudian merugi, harus melakukan perubahan untuk membuahkan perbaikan, artinya berupaya agar penjualan jangan merosot terus sehingga jumlah kerugian meningkat dan kemudian bangkrut. Itulah arti judul buku CHANGE OR DIE! Untuk menjamin agar perubahan membuahkan perbaikan kita harus mengetahui faktor apa yang menyebabkan sesuatu yang tejadi tidak sesuai dengan keinginan/harapan tersebut! Ambil contoh diatas, penjualan menurun. Untuk mencegah jangan menurun terus, dilakukan perubahan yaitu menaikan biaya promosi! Ternyata penjualan tidak meningkat justru menurun setelah diteliti, menurunnya penjualan bukan disebabkan karena kurangnya promosi tetapi karena mutu barangnya tidak baik, tidak sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan pembeli. Setelah mutu barang diperbaiki, dilakukan perubahan yaitu barang tidak bermutu diubah menjadi bermutu dan menghasilkan perbaikan yaitu penjualan yang meningkat. Inilah contoh perubahan yang membuahkan perbaikan. Perubahan penjualan menurun menjadi meningkat merupakan hal yang menyenangkan, memang diinginkan/diharapkan, jadi merupakan perbaikan. Jadi intinya, bagaimana bisa mengetahui faktor penyebab yang tepat! Faktor penyebab ini yang harus dihilangkan! Perubahan yang dilakukan ialah menghilangkan faktor penyebab!

Agar jumlah orang miskin bisa dikurangi tentu kita harus tahu, faktor apa yang menyebabkan orang jadi miskin. Misalnya setelah diteliti diketahui penyebabnya kurangnya lapangan pekerjaan. Ternyata untuk menambah/memperluas lapangan pekerjaan pemerintah memerlukan modal asing masuk ke Indonesia. Investor asing enggan masuk ke Indonesia dengan alasan hukumnya dan keamanannya kurang menjamin kelancaran usaha di Indonesia. Mengurus ijin lama, mengangkut barang tidak aman, banyak jalan rusak, listrik sering mati. Ternyata untuk menambah lapangan kerja tidak mudah, faktor penyebabnya saling terkait satu sama lain, ruwet, seperti benang kusut. Perubahan yang dilakukan pemerintah kurang efektif, seperti memberikan jatah beras atau sejumlah uang tertentu bahkan JPS kepada orang miskin, dampaknya terhadap pengurangan jumlah orang miskin tidak signifikan, tidak atau belum membuahkan perbaikan!

Ekspor non migas tidak meningkat seperti apa yang diharapkan. Peningkatan penerimaan devisa hasil ekspor biasanya terjadi karena perubahan nilai dollar Amerika, bukan karena peningkatan volume ekspor kita yang mencerminkan permintaan dari luar negeri yang meningkat karena mutu barang ekspor kita yang semakin membaik. Yang sering kita baca dari koran penurunan ekspor non migas karena alasan klasik, mutu kurang baik, harga terlalu mahal (karena ekonomi biaya tinggi, akibat adanya pungli = pungutan liar), penyerahan barang sering tidak tepat waktu/terlambat. Mampukah pemerintah Indonesia memberantas pungli, memperlancar transportasi dan tak kalah pentingnya ialah dapatkah para produsen barang ekspor meingkatkan mutu barangnya sesuai dengan yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat luar negeri yang mengimpor barang dari Indonesia. Kalau mampu, pasti ekspor non migas akan meningkat dan perubahan yang kita lakukan seperti berhasil memberantas pungli, berhasil memperlancar transportasi dan berhasil meningkatkan mutu barang dikatakan membuahkan perbaikan yaitu meningkatnya ekspor non migas seperti yang diharapkan!

GOLKAR (= Golongan Karya) mengubah namanya menjadi PARTAI GOLKAR, apaka perubahan ini sudah membuahkan perbaikan? Misalnya ada orang yang dulu tidak simpati terhadap GOLKAR sekarang menjadi simpati, yang semula tidak bermaksud memilih GOLKAR, berubah menjadi memilihnya! Perbaikan bagi GOLKAR berarti jumlah suara untuk GOLKAR akan meningkat!( dikutip dari tulisan Guru Besar saya, Prof. J. Supranto )

*** Untuk mencapai perbaikan melalui perubahan memang tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, 10 tahun sudah reformasi perubahan besar apa yang kita rasakan?, yang saya banyak lihat dan tahu semakin banyak saja bergelimangan kemiskinan dan kesenjangan rakyat, apakah masyarakat banyak sudah pupus harapan, berbagai komentar dan solusi mengatakan ; pimpinan negara yang harus dibenahi, ada pula mayarakatnya lebih dulu diberi pembelajaran berempati dan bergotong-royong seperti sila ke empat PANCASILA yang sudah sirna dari sifat bergotong royong mengentaskan kemiskinan lalu jika antara keduanya yang sekarang ini kita lihat tetap tak menampakan hasil perbaikan dari perubahan lalu jenis perbaikan macam apalagi bisa dicapai bangsa indonesia untuk mencapai perubahan?...

Seharusnya kita tidak hanya kritis mencari solusi tapi sudah kah kita memikirkan generasi muda yang sudah seharusnya ikut berpartisipasi, berempati dan juga melakukan ,... apa yang dapat mereka sumbangkan untuk mengentaskan kemiskinan yang sudah mencapai stadium kronik ini?...

Bukan berlomba-lomba untuk menjadi IDOLA dan berkompetisi di ajang NYANYI saja, bukankan prestasi tidak hanya di seni semacam ajang NYANYI seperti sekarang yang kita lihat di beberapa statiun TV sedang BOOMING seolah-olah rakyat diajak untuk bersenang-senang tak peduli LAPAR, LAPAR,LAPAR.. yang berbunyi di perut-perut si miskin....



No comments: