Spesifikasi Buku
Penerbit : Pena Pundi Aksara
Pengarang : Sa’id Hawwa
Tebal : 700 Hal.
Tahun : Feb. 2008
Harga : Rp. 81.000
Tgl Beli : Samstag,
Buku-buku jenis ini memang banyak semua berinti pada kitab Ihya Ulumuddin-Imam Al-Ghazali. Saya pun punya buku tersebut tetapi mengapa saya membeli buku dalam versi pemikiran Said Hawwa? Karena ternyata ketika buku pertama yang bercover merah hati, hitam dan biru yang saya pinjam dari seorang teman (Estu-MM YAI).
Saya sampai berdecak Subhannallah… bagusnya pembahasan Sa’id Hawwa ini dan segeralah saya memburu buku ini dan lebih terkaget lagi ternyata buku ini sudah menjadi BEST SELLER dalam kurun waktu 3 tahun dari buku yang pertama, sudah berganti cover dan penerbit juga diiklan majalah Tarbawi buku ini diterbitkan pula oleh penerbit lain.
Bagaimana kalau kita lihat isi buku ini apa saja yang di bahas;
- Tentang Adab guru dan murid; tugas-tugas pembimbing dan pengajar
- Sarana-sarana asasi penyucian jiwa
- Shalat
- Zakat dan infak
- Puasa
- Haji
- Membaca Alquran
- Zikir
- Tafakkur
- Mengingat mati dan pendek angan-angan
- Muraqabah, Muhasabah, Mujahadah, dan Mu’aqabah
- Amar ma’ruf nahi mungkar dan jihad
- Berkhidmat dan Tawadhu’
- Mengetahui dan menutup pintu-pintu masuk syetan
- Mengenal penyakit hati penyembuhan dan kesehatannya
- Arti menyucikan diri
- Tahaqquq
- Takhalluq
- Hasil-hasil penyucian jiwa
- Etika hubungan
Sa’id Hawwa lahir di Suriah 1935 M beliau aktif dakwah di berbagai Negara, menjadi
Pada pembahasan adab guru dan murid beliau menjabarkan bahwa hendaknya kita tidak memasuki sebuah cabang ilmu kecuali jika telah menguasai cabang ilmu yang sebelumnya-karena ilmu-ilmu itu tersusun rapi secara berurut. Satu ilmu merupakan jalan yang memerhatikan susunan dan tahapan tersebut. Hendaknya tujuan dalam pencarian ilmu adalah peningkatan kepada ilmu yang lebih tinggi.
Oleh karena itu tidak boleh menilai tidak benar suatu ilmu lantaran penyimpangan yang dilakukan oleh sebagian orang-orang yang menekuninya, atau lantaran kesalahan satu atau beberapa orang saja dalam ilmu itu, atau lantaran pelanggaran mereka terhadap konsekuensi amaliah dari ilmu mereka.
Banyak orang membahas suatu ilmu tidak mau mengkaji masalah ‘Aqliyyaah (yang berkaitan dengan akal) dan masalah figihiyyaah (berkaitan dengan fiqih) sambil beralasan bahwa seandainya masalah-masalah itu memiliki dasar, niscahaya sudah dicapai oleh ahlinya.
Luas sekali pembahasan beliau dan disertai pula dengan ayat-ayat Quran dan hadist yang mendukung jadi tidak menyimpang dari materi dan permasalahan.
***
No comments:
Post a Comment