Antara orang Jerman dan Indonesia terjalin sejarah yang panjang, sudah dimulai sejak abad ke-16 ketika para pedagang Jerman yang menumpang kapal-kapal Belanda maupun Portugis mendatangi wilayah yang dahulu dikenal dengan sebutan Hindia Timur. Selama masa penjajahan Belanda ribuan orang Jerman datang ke Indonesia, baik sebagai pegawai bagian administrasi di bawah Koloni Belanda, maupun sebagai insinyur, tenaga teknis serta tidak ketinggalan sebagai peneliti dan ilmuwan.
Industri Jerman telah ada sejak pertengahan abad ke-19 di Indonesia. Setelah tahun 1945 para pengusaha Jerman, tenaga ahli Jerman di bidang kerja sama pembangunan maupun bidang pendidikan dan penelitian, serta pertukaran akademis yang intensif melanjutkan hubungan Jerman dan Indonesia yang selama ini baik.
Orang Jerman selama waktu yang panjang tersebut telah meningalkan berbagai macam jejak di Indonesia, yang beberapa diantaranya telah kami pilihkan untuk diperkenalkan. Kumpulan tersebut masih dalam proses dan kami dengan senang hati menerima berbagai usulan dan petunjuk, seperti juga teks maupun foto dari Anda.
C.G.K. Reinwardt (1773 - 1854) - Pendiri Kebun Raya Bogor

C.G.K. Reinwardt, yang lahir pada tahun 1773 di Bergisches Land (sekarang lebih dikenal dengan Nordrhein-Westfalen) kuliah di fakultas kedokteran dan ilmu botani di Amsterdam. Pada usia 27 tahun ia sudah menjadi Profesor di Universitas Harderwijk dan pada tahun 1803 sudah menjadi Rektor universitas tersebut. Pada tahun 1816 ia dinobatkan sebagai Direktur Pertanian, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan untuk Pulau Jawa. Belum lama ia dinobatkan, pada tahun 1817 ia mendirikan Kebun Raya Bogor di lokasi yang dulu biasa disebut dengan Buitenzorg (sekarang Bogor) dan karena itu juga menjadi Direktur pertama. Pada tahun 1823 ia meninggalkan Pulau Jawa, untuk menjadi Professor pada Universitas Leiden.
Melalui kuliah-kuliahnya dan karangan-karangannya tentang ilmu botani dan geologi Kepulauan Indonsia yang dipublikasikan, ia tetap berhubungan dengan tema ini hingga ia wafat pada tahun 1854.
Pada tanggal 17 Mei 2006 Duta Besar Jerman Broudré-Gröger bersama-sama dengan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Umar Anggara Jenie, membuka selubung penutup Tugu Peringatan bagi pendiri Kebun Raya Bogor, C.G.K. Reinwardt.
Makam Tentara Arca Domas
http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman

Pemakaman dari pelaut-pelaut Jerman di Arca Domas
Ternyata terdapat beberapa korban. Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens dimana terbunuh di Gedung Jerman di Bogor dari pejuang kemerdekaan Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945 karena kemungkinan mereka telah menyangka orang Belanda. Pada bulan yang sama juga Letnan Laut W. Martens terbunuh ketika dalam perjalanan dengan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Ketiga nya dimakamkan dengan upacara kemiliteran di Arca Domas. Sebelumnya pada tanggal 29 September Kopral Satu Willi Petschow mati karena sakit di Cikopo, dan Letnan Kapten Herman Tangermann mati juga pada tanggal 23 Agustus karena kecelakaan. Pada tanggal 30 November juga Letnan Satu Laut Friedrich Steinfeld mati, ia juga seorang Komandan U-195 (Surabaya). Semua menemukan tempat peristirahatannya yang terakhir ditengah -tengah pohon suci Beringin di Arca Domas.
Kemungkinan disana ada empat atau lebih pemakaman lagi. Tetapi dasawarsa Tugu Arca Domas kemudian menjadi Tugu Makam Pahlawan, beberapa nama dari palang kayu menjadi lapuk dan tidak bisa di baca. Karena itu dua kuburan telah "Unbekannt" (tidak diketahui). Juga untuk Letnan Satu Dr.Ir. H. Haake telah meminta dikuburkan oleh keluargannya, walaupun kapal selamnya tenggelam di Selat Sunda oleh ranjau pada tanggal 30 November 1944.
Industri Jerman telah ada sejak pertengahan abad ke-19 di Indonesia. Setelah tahun 1945 para pengusaha Jerman, tenaga ahli Jerman di bidang kerja sama pembangunan maupun bidang pendidikan dan penelitian, serta pertukaran akademis yang intensif melanjutkan hubungan Jerman dan Indonesia yang selama ini baik.
Orang Jerman selama waktu yang panjang tersebut telah meningalkan berbagai macam jejak di Indonesia, yang beberapa diantaranya telah kami pilihkan untuk diperkenalkan. Kumpulan tersebut masih dalam proses dan kami dengan senang hati menerima berbagai usulan dan petunjuk, seperti juga teks maupun foto dari Anda.
C.G.K. Reinwardt (1773 - 1854) - Pendiri Kebun Raya Bogor

C.G.K. Reinwardt, yang lahir pada tahun 1773 di Bergisches Land (sekarang lebih dikenal dengan Nordrhein-Westfalen) kuliah di fakultas kedokteran dan ilmu botani di Amsterdam. Pada usia 27 tahun ia sudah menjadi Profesor di Universitas Harderwijk dan pada tahun 1803 sudah menjadi Rektor universitas tersebut. Pada tahun 1816 ia dinobatkan sebagai Direktur Pertanian, Kesenian dan Ilmu Pengetahuan untuk Pulau Jawa. Belum lama ia dinobatkan, pada tahun 1817 ia mendirikan Kebun Raya Bogor di lokasi yang dulu biasa disebut dengan Buitenzorg (sekarang Bogor) dan karena itu juga menjadi Direktur pertama. Pada tahun 1823 ia meninggalkan Pulau Jawa, untuk menjadi Professor pada Universitas Leiden.
Melalui kuliah-kuliahnya dan karangan-karangannya tentang ilmu botani dan geologi Kepulauan Indonsia yang dipublikasikan, ia tetap berhubungan dengan tema ini hingga ia wafat pada tahun 1854.
Pada tanggal 17 Mei 2006 Duta Besar Jerman Broudré-Gröger bersama-sama dengan Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof. Umar Anggara Jenie, membuka selubung penutup Tugu Peringatan bagi pendiri Kebun Raya Bogor, C.G.K. Reinwardt.
Makam Tentara Arca Domas
http://www.bogor.indo.net.id/indonesia.tuguperingatanjerman

Pemakaman dari pelaut-pelaut Jerman di Arca Domas
Ternyata terdapat beberapa korban. Letnan Satu Laut Willi Schlummer dan Letnan Insinyur Wilhelm Jens dimana terbunuh di Gedung Jerman di Bogor dari pejuang kemerdekaan Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945 karena kemungkinan mereka telah menyangka orang Belanda. Pada bulan yang sama juga Letnan Laut W. Martens terbunuh ketika dalam perjalanan dengan kereta api dari Jakarta ke Bogor. Ketiga nya dimakamkan dengan upacara kemiliteran di Arca Domas. Sebelumnya pada tanggal 29 September Kopral Satu Willi Petschow mati karena sakit di Cikopo, dan Letnan Kapten Herman Tangermann mati juga pada tanggal 23 Agustus karena kecelakaan. Pada tanggal 30 November juga Letnan Satu Laut Friedrich Steinfeld mati, ia juga seorang Komandan U-195 (Surabaya). Semua menemukan tempat peristirahatannya yang terakhir ditengah -tengah pohon suci Beringin di Arca Domas.
Kemungkinan disana ada empat atau lebih pemakaman lagi. Tetapi dasawarsa Tugu Arca Domas kemudian menjadi Tugu Makam Pahlawan, beberapa nama dari palang kayu menjadi lapuk dan tidak bisa di baca. Karena itu dua kuburan telah "Unbekannt" (tidak diketahui). Juga untuk Letnan Satu Dr.Ir. H. Haake telah meminta dikuburkan oleh keluargannya, walaupun kapal selamnya tenggelam di Selat Sunda oleh ranjau pada tanggal 30 November 1944.
No comments:
Post a Comment