Sunday, March 16, 2008

Sampah Menyumbang Laju Berubahnya Iklim Global

Meningkatnya jumlah emisi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer disebabkan oleh kegiatan manusia di berbagai sektor seperti energi, kehutanan, pertanian, peternakan, dan sampah.

Data Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) yang diperoleh di Jakarta, Selasa menyebutkan bahwa manusia dalam setiap kegiatannya hampir selalu menghasilkan sampah, sementara sampah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap emisi gas rumah kaca.

Fakta ilmiah menunjukkan bahwa sampah adalah salah satu penyumbang gas rumah kaca dalam bentuk metana (CH4) dan karbondioksida (CO2).

Pembuangan sampah terbuka di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah mengakibatkan sampah organik yang tertimbun mengalami dekomposisi secara anaerobik, proses itu menghasilkan gas CH4.

Metana sendiri mempunyai kekuatan merusak hingga 20-30 kali lebih besar daripada CO2.

Sampah menghasilkan gas metana (CH4) dengan komposisi rata-rata tiap satu ton sampah padat menghasilkan 50 kg gas metana.

Menurut Anggita Dhiny Rarastri dari Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran KLH, dengan jumlah penduduk yang terus meningkat di Indonesia, diperkirakan pada tahun 2020 sampah yang dihasilkan per hari sekitar 500 juta kg/hari atau 190 ribu ton/tahun.

"Ini berarti pada tahun tersebut Indonesia akan mengemisikan gas metana ke atmosfer sebesar 9.500 ton," kata Anggita.

Ia pun merujuk kepada rekomendasi hasil kajian Pelangi dan KLH, "Sampah kota perlu dikelola secara benar, agar laju perubahan iklim bisa diperlambat".

Menurut data KLH, pada tahun 1995 rata-rata orang di perkotaan di Indonesia menghasilkan sampah 0,8 kg per hari dan terus meningkat hingga satu kg per orang per hari pada tahun 2000.

Lebih lanjut diperkirakan timbunan sampah pada tahun 2020 untuk tiap orang tiap hari di Indonesia mencapai 2,1 kg.

Walaupun sama-sama menghasilkan sampah, jumlah gas metana yang diemisikan negara berkembang dan negara maju tidaklah serupa. Secara global kira-kira 65% emisi gas metana dari TPA berasal dari negara maju, sementara 15% dari negara transisi secara ekonomi, dan 20% dikontribusikan oleh negara berkembang.

Gas metana berada di atmosfer dalam jangka waktu sekitar 7-10 tahun dan dapat meningkatkan suhu sekitar 1,3 derajat Celsius per tahun.

No comments: